Write It – Jalan-jalan ke Kota Bandung belum lengkap rasanya tanpa mencicipi bakmi goreng maupun bakmi rebusnya. Anda dapat dengan mudah menemukan makanan ini di daerah Kiaracondong dan Gatot Subroto. Di kedua daerah tersebut ada banyak penjual bakmi, baik yang menggunakan pikulan maupun gerobak. Bukan tanpa alasan, sebab di dalam Pasar Kiaracondong terdapat pabrik mi sebagai bahan baku utama pembuatan bakmi.
Salah satu yang tak boleh dilewatkan adalah warung bakmi goreng dan bakmi rebus Pak Omo. Warung legendaris ini sudah berjualan secara turun temurun selama tiga generasi. Saat ini tongkat estafet dipegang oleh Pak Ade sebagai generasi ketiganya.
Meski warung bakmi Pak Omo tak terlalu mencolok dan tidak punya papan nama dalam bentuk apa pun, Anda dapat dengan mudah menemukannya. Apabila Anda dari arah Trans Studio Mall, silakan ambil rute menuju Kiaracondong. Sampai di perempatan Kiaracondong belok ke kiri, tak jauh dari situ akan terlihat gerobak dengan lampu neon berwarna putih di kiri jalan. Di situlah warung bakmi ternama ini berada.
Penampakan bagian depan gerobak dan lampu neon terang. Foto: Alfharis Magandhi |
Yang menarik dari warung ini, Pak Ade masih mempertahankan cara memasak seperti pendahulunya, yaitu menggunakan arang. Menurutnya penggunaan arang dapat memengaruhi cita rasa dan menghasilkan panas lebih stabil ketimbang kompor biasa. Namun, kini Pak Ade telah memodifikasi alat masaknya sehingga tidak perlu repot mengipasi tungku secara tradisional. Sang koki akan dibantu oleh satu orang yang bertugas memutar ‘roda’ alat sehingga udara dapat langsung dihembuskan ke tungku berisi bara.
Menu yang disajikan di warung bakmi Pak Omo pun hanya ada dua jenis, yaitu bakmi goreng dan bakmi rebus. Bentuk minya mirip dengan bakmi Jawa, namun ketika belum dimasak tekstur mienya terlihat lebih kering.
Seporsi bakmi Pak Omo dibanderol Rp 35 ribu. Harga yang dipatok bisa jadi terbilang cukup mahal untuk makanan pinggir jalan. Apalagi jika dibandingkan dengan bakmi lain yang harganya berkisar Rp 15 ribu per porsi. Namun Anda akan memakluminya ketika melihat porsi yang disajikan dan mencicipi rasanya.
Alat baru dan tungku yang digunakan untuk memasak. Foto: Alfharis Magandhi
|
Satu porsi bakmi Pak Omo berisi mi, kubis, suwiran daging ayam pejantan yang cukup besar, dan juga tulang-tulang yang melimpah. Daging ayam pejantan dipilih sebab rasanya yang berbeda dan dagingnya tidak mudah hancur saat dimasak. Dengan isian yang melimpah, seporsi bakmi ini bahkan cukup untuk tiga orang.
Berbeda dengan bakmi Jogja yang cenderung manis, bakmi Pak Omo terasa lebih gurih dan pedas. Rasa gurih diperoleh dari air kaldu yang digunakan saat awal menumis. Sedangkan rasa pedas berasal dari campuran merica dan potongan cabai cengek domba. Bakmi Pak Omo memang memiliki rasa standar yang cukup pedas. Namun jangan khawatir, Anda pun dapat memesan bakmi yang tidak pedas atau sesuai selera. Rasa gurih dan pedasnya akan berpadu dengan nikmat di dalam mulut.
Mengingat kenikmatan rasanya, wajar saja jika warung yang buka pukul 17.00 – 22.00 ini sering ludes sebelum jam tutupnya. Anda tidak akan menemukan antrean panjang di warung ini, tetapi pembeli akan selalu datang silih berganti memesan bakmi untuk dibungkus. Porsi yang disajikan menjadi salah satu alasan. Anda akan kewalahan jika harus menghabiskannya saat makan di tempat.
Bagi Anda yang sedang berada di Kota Bandung, tak ada salahnya mencoba menu bakmi goreng maupun bakmi rebus Pak Omo. Anda bisa menilai sendiri kenikmatan bakmi ini setelah mencicipi rasanya. (AM/MSY)