-->



Theme Layout

Theme Translation

Trending Posts Display

"No"

Home Layout Display

Posts Title Display

"No"

404

We Are Sorry, Page Not Found

Home Page
 

“Dari sungai yang berkarat, susuri arah menuju barat. Di seberang kantor wakil rakyat, di sanalah aku bertempat.” (Silampukau, Sang Juragan)

Write It - Begitu sampai di depan restoran es krim Zangrandi, penggalan lirik lagu Sang Juragan milik Silampukau otomatis terngiang dalam kepala. Meski tak tahu persis lokasi yang dimaksud oleh band indie asal Surabaya ini, namun Zangrandi yang berdiri sejak 1930 memang berada tepat di seberang kantor wakil rakyat. Hanya selemparan batu dari Sungai Kalimas.

Jika Malang dan Semarang punya Toko Oen, arek-arek Suroboyo punya Zangrandi. Bisa dikatakan ini kali kedua saya menjajal rasa es krim Zangrandi, namun kali pertama mampir di lokasi restoran aslinya.

Tiba di Zangrandi pukul sembilan malam, saya tak menyangka akan mendapatkan kehangatan Kota Surabaya justru di tempat ini. Padahal es krim ini hanya sekali saya coba ketika tinggal di Surabaya beberapa tahun silam. Itu pun di restoran lain rekanan Zangrandi.

Restoran rekanan itu berada di Jalan Dharmahusada. Menurut salah satu pegawai, restoran tersebut bukan cabang dari Zangrandi, namun restoran berbeda yang mengambil stok es krim dari Zangrandi dan menjualnya kembali. Varian rasa yang disediakan juga tak selengkap di Jalan Yos Sudarso No. 15 Surabaya ini. Kabar baiknya, setidaknya varian es krim pertama yang saya coba adalah salah satu menu tertua Zangrandi, meski tak menjajal di lokasi aslinya.

Restoran Es Krim Legendaris

Mengutip laman resmi Zangrandi Ice Cream, Zangrandi didirikan oleh seorang berkebangsaan Italia bernama Roberto Zangrandi pada tahun 1930. Resepnya diciptakan oleh sang nyonya yang dikenal dengan sebutan Mevrouw Zangrandi.

Zangrandi pun menjadi restoran spesialisasi es krim. Restoran ini awalnya punya empat pilihan rasa, yaitu vanila, cokelat, stroberi, dan moka dengan tiga pilihan menu: tutti frutti, macedonia, dan es krim soda.

Namun pada tahun 1960-an, Roberto Zangrandi dan keluarganya kembali ke Italia. Restoran ini pun dijual kepada Adi Tanumulia, seorang pengusaha winery. Sejak saat itu pilihan rasa dan varian menu Zangrandi makin berkembang hingga kini.

Berusia 90 tahun, bangunan Zangrandi saat ini tak jauh berbeda dengan foto lawasnya. Kamu dapat menemukan potretnya di halaman pertama buku menu dan juga di tembok teras. Jika dahulu di bagian depan gedung terpampang tulisan “Ice Cream Zangrandi Tutti Frutti”, sekarang tulisan di depannya berubah menjadi “Graha es krim Zangrandi”.

Bangunan Zangrandi didominasi warna merah, cokelat muda, dan putih. Bagian terasnya cukup luas, penuh meja keramik bundar dan kursi rotan berwarna dominan merah. Furnitur lawas tersebut berpadu apik dengan lantai keramik bermotif dan berwarna cokelat. Kesan lawas namun nyaman sangat kental di sini. Waktu seakan terhenti tanpa menghiraukan hiruk pikuk jalan yang tak pernah sepi.

Namun ketika masuk ke dalam ruangan, atmosfernya terasa berbeda. Nuansa modern lebih mendominasi. Meski begitu kamu tetap dapat kembali ke masa lalu dengan memandangi potret Surabaya tempo dulu yang memenuhi dinding.


Varian sliced ice cream tutti frutti. Foto: Writeitmagazine/MSY



Varian Menu dan Harga Es Krim Zangrandi
Seperti disebutkan sebelumnya, varian es krim legendaris Zangrandi yaitu macedonia, es krim soda, dan tutti frutti. Sebagai tambahan informasi, macedonia disajikan dengan tambahan rum. Dalam buku menu sudah dijelaskan secara detail informasi mengenai komposisi varian menu yang disajikan beserta harganya. Jika ada yang kurang jelas, para pramusaji akan sigap membantu.

Varian es krim di restoran ini dibanderol mulai dari Rp 30 ribu sampai Rp 69 ribu. Varian sliced ice cream seperti tutti frutti dibanderol rata seharga Rp 37 ribu. Tutti frutti termasuk menu es krim paling murah setelah varian ice cream scoop.

Tak hanya es krim, Zangrandi juga menyajikan varian menu minuman dan makanan pendamping lain. Seperti resoles, kroket, lumpia goreng, siomay, kentang goreng, dan lainnya yang dipatok mulai dari Rp 13 ribu sampai Rp 21 ribu.

Varian sliced ice cream black forrest. Foto: Writeitmagazine/MSY


Tutti Frutti, Menu Klasik Zangrandi dengan Rasa ‘Ajaib’

Di antara tiga menu legendaris Zangrandi, saya hanya pernah mencoba salah satu varian sliced ice cream: tutti frutti. Varian es krim yang sempat digunakan sebagai nama Zangrandi tempo dulu. Menu klasik ini juga yang saya pesan saat pertama kali mencoba es krim Zangrandi di kedai rekanannya. Tutti frutti memiliki lima varian rasa: vanila, cokelat, moka, rasberi, dan stroberi. Kali ini pun saya memesan menu yang sama dengan rasa rasberi.

Es krim tutti frutti berukuran cukup besar dan berbentuk segitiga seperti potongan kue ulang tahun. Disajikan di atas piring keramik putih, tampilan es krim ini sederhana dan klasik. Paduan warna putih dan merah muda es krimnya terlihat segar dengan potongan buah rasberi kering di dalamnya. Sepaket dengan pesanan, segelas kecil air putih untuk menetralkan rasa diberikan secara cuma-cuma.

Ketika memakan es krim ini, ‘rasa’ pertama yang saya dapatkan adalah ‘gembira’. Memang bukan rasa fisik es krimnya, namun perasaan senang itulah yang terbesit di otak. Baru kali itu saya menemukan es krim yang bisa memberikan rasa menyenangkan dan langsung membangkitkan semangat.

Nah, baru pada suapan selanjutnya saya bisa menilai rasa yang terdapat dalam sepotong tutti frutti. Es krim ini memiliki tekstur dominan lembut dengan tambahan sedikit kasar seperti tekstur serutan es batu—sensasi yang mirip ketika memakan es lilin—tipis, namun tidak mengganggu. Justru serutan tipis es ini yang membuat teksturnya jadi tak membosankan kala dimakan. Campuran rasa vanilanya tidak eneg dan rasberinya pun segar. Potongan buah kering di dalamnya menambah semarak tekstur tutti frutti.

Keunikan tekstur tutti frutti bisa jadi karena kandungan susunya yang tidak terlalu banyak. Selain ingin mempertahankan cita rasa khasnya, Zangrandi juga menggunakan bahan-bahan alami untuk menu yang dibuat.

Saat baru disajikan, ekspektasi saya akan porsi tutti frutti sedikit meleset. Namun ketika mulai memakannya, potongan tutti frutti justru terasa cukup besar hingga rasa-rasanya tak kunjung habis—dengan catatan menikmati es krim ini jauh dari kata membosankan. Sampai suapan terakhir pun perasaan gembira masih saya rasakan. Perpaduan rasanya sungguh pas di lidah.
Tidak berlebihan rasanya jika saya berkata seperti itu. Ini karena kawan saya juga sempat mencicipinya dan merasakan sensasi yang sama, gembira. Rasanya seperti membawa kami bernostalgia dengan Surabaya. Seolah sedang kembali berkumpul dengan kawan-kawan lama, menyenangkan.

Oya, kawan saya juga memesan es krim black forrest, salah satu varian sliced ice cream berbentuk seperti sepotong kue lapis legit. Black forrest merupakan varian dengan lapisan kue cokelat di antara es krim cokelat. Bertekstur mirip tutti frutti, rasa es krim ini tidak berbeda jauh dengan es krim rasa cokelat pada umumnya.

Meski tekstur black forrest mirip tuttri frutti, tak ada sensasi lain yang istimewa. Tidak ada perasaan “ajaib” yang muncul ketika memakan es krim tersebut layaknya menikmati tutti frutti.

Kisaran harga yang ditawarkan untuk menikmati es krim di Zangrandi terbilang cukup mahal, namun sesekali patut dicoba. Perpaduan antara rasa es krim yang pas, tempat yang nyaman, dan suasana yang tak bising meski berada di pinggir jalan utama Surabaya menjadikan harga es krim legendaris ini sebanding dengan nostalgia yang pengunjung dapatkan.
(MSY/OTK)


Leave A Reply