Memasuki Jalan Wates dari arah Titik Nol Kilometer Yogyakarta, deretan warung soto yang terletak di kanan kiri jalan segera menyambut. Jajaran warung soto tersebut memiliki nama sama, yaitu Soto Kadipiro. Jika kali pertama datang, kesamaan nama warung soto ini bisa saja membuat Anda bingung. Apalagi kalau hendak mencari warung soto “autentiknya”.
Tak perlu khawatir, warung Soto Kadipiro asli cukup mudah dikenali. Dari arah Nol Kilometer, warung Soto Kadipiro asli menjadi restoran soto pertama di sebelah kanan jalan yang Anda lewati, terletak setelah Waroeng Steak And Shake. Lokasi persisnya berada di Jalan Wates No. 33 Yogyakarta.
Bangunan warung ini khas rumah lawas yang didominasi kayu dengan cat warna hijau dan cokelat. Di depannya terdapat plang nama putih yang agak usang dengan tulisan berwarna merah. Ditambah lagi di pinggir jalan terpasang papan nama cukup besar bertuliskan “Warung Soto Kadipiro” dengan tulisan berwarna kuning dan berlatar belakang hijau sebagai penanda. Pelataran bagian depan warung yang tak terlalu luas dipenuhi oleh mobil para pengunjung. Sedangkan untuk parkir motor dapat memasuki halaman kecil di samping bangunan.
Memasuki area dalam
warung, Anda akan disuguhi nuansa lawas yang kental dengan ruangan berbentuk
joglo. Setiap sisi tembok warung penuh dengan beragam hiasan, mulai dari aneka
kalender anyar dengan model lawas yang dikeluarkan oleh berbagai toko, jam
dinding, lukisan, pajangan berbentuk wayang, hingga foto pelanggan dan sang
empunya.
Warung soto ini terdiri
dari dua ruangan berukuran relatif besar yang cukup menampung sekitar 100
orang. Jika berkunjung saat kondisi warung cukup lengang, Anda lebih bebas
memilih tempat duduk. Bisa di kursi besi berbusa merah dengan meja kayu yang
terletak di tengah ruangan, atau di bangku memanjang di depan meja racik. Di
sana Anda dapat menyantap soto sambil mengamati pegawai yang tengah meracik
soto tepat sebelum dihidangkan.
Warung Soto yang Telah Turun Temurun Sejak 1928
Nama besar Soto
Kadipiro tak lepas dari kemampuannya bertahan selama lebih dari 90 tahun. Warung
soto legendaris ini berdiri sejak tahun 1928. Saat ini tongkat estafet dipegang
oleh generasi ketiganya yang bernama Harli dan juga saudara-saudaranya. Sedangkan
generasi kedua adalah sang ayah yang bernama Rambat. Dan pendirinya adalah sang
kakek, Tahir Kartowijoyo. Anda dapat menemukan sosoknya melalui lukisan besar
yang terpajang di dinding sebelah barat ruangan.
Pramusaji di warung
Soto Kadipiro sangat cekatan dan ramah, salah satunya adalah Sakiran. Tak sulit
mencari sosok Sakiran, Anda bisa mengenali dari rambut putihnya yang khas. Laki-laki
yang telah bekerja di warung Soto Kadipiro sejak tahun 1979 ini akan dengan
senang hati menjawab pertanyaan pembeli dan tak segan bercerita mengenai kisah
warung soto legendaris ini.
Menurut Sakiran, warung
Soto Kadipiro didirikan oleh Tahir Kartowijoyo. Mulanya sang pendiri menjajakan
soto menggunakan pikulan di sekitar warung pertamanya saat ini. Kemudian Tahir
Kartowiyono membeli warung yang kelak menjadi Soto Kadipiro seperti yang banyak
dikenal orang saat ini.
Terkait banyaknya
warung soto lain yang juga bernama “Soto Kadipiro”di sepanjang jalan tersebut,
Sakiran menyebutkan bahwa warung tersebut merupakan milik saudara-saudara dari Rambat, sang generasi
kedua. Sedangkan warung Soto Kadipiro yang “autentik” merupakan tempat di mana Sakiran bekerja saat ini. Di atas
pintu dekat kasir pun tertulis jika warung Soto Kadipiro tidak membuka cabang
di Jakarta dan kota lainnya.
Kelezatan Soto Kadipiro yang Bertahan Lebih dari 90 Tahun
Begitu memasuki bagian
dalam warung, pengunjung akan langsung disambut oleh pramusaji yang sigap
menawarkan bantuan untuk mencarikan tempat duduk serta mencatat pesanan. Sesuai
dengan nama warungnya, hanya ada satu menu di sini, yaitu soto ayam.
Anda dapat memesan soto
ayam nasi campur atau soto ayam nasi pisah. Biasanya kami akan memesan soto
ayam nasi campur yang disajikan dalam mangkuk berukuran sedikit lebih kecil
daripada mangkuk mi ayam pada umumnya.
Tak ada yang istimewa saat
melihat tampilan soto satu ini. Kuahnya agak keruh dengan warna kuning yang
tipis. Di permukaan kuah nampak cacahan sayur kol yang melimpah. Saat
mencampurkan isian soto terlihat potongan ayam kampung berbentuk kotak-kotak
kecil, setengah potong perkedel, taoge dari kacang hijau, dan taburan seledri
serta bawang goreng.
Namun ketika mencicipi
kuah panas soto, rasa segar langsung menyeruak di mulut. Perpaduan antara bumbu
rempah dan gurihnya kaldu ayam berpadu sempurna. Meski tersedia garam di atas
meja, Anda tak akan membutuhkannya. Tidak ada rasa tertentu yang kurang maupun terlampau
menonjol dalam semangkuk soto ayam ini, semuanya berpadu seimbang.
Jika umumnya sambal
atau kecap lumrah ditambahkan ketika menyantap soto ayam, maka Anda tak perlu
melakukannya saat menikmati Soto Kadipiro. Dengan menyantapnya begitu saja tanpa
tambahan apa pun sudah menghadirkan kelezatan yang paripurna. Tak ada rasa
bosan ketika menyantap soto satu ini. Justru Anda malah ingin tambah lagi karena
kenikmatan dan porsinya yang juga tak bisa dibilang besar.
Kecap, Sambal, dan Lauk Pendamping yang Juga Istimewa
Bagi penggemar kecap
dan sambal tak perlu berkecil hati. Kenikmatan rasa dalam semangkuk Soto
Kadipiro tidak akan berubah meski telah ditambahkan sambal maupun kecap. Sebab
bukan hanya sotonya saja, namun sambal dan kecap yang disajikan di warung soto
legendaris ini juga tak asal.
Kecap yang disajikan sungguh istimewa. Sebagai pencinta kecap, kami jarang menemukan rasa kecap yang pas sehingga tak akan mengubah rasa saat dicampurkan dengan makanan utama. Sewaktu mencicipi kecap di Soto Kadipiro, rasa manisnya tak langsung nyelekit, namun perlahan-lahan meresap di lidah dibarengi dengan rasa dari rempah lain yang menyatu dengan baik. Rasa manisnya pas dan tidak enek.
Sambalnya pun tak
dibuat sekenanya. Sambalnya merupakan tipe sambal uleg yang encer. Keistimewaannya
datang dari irisan tomat segar berukuran cukup besar yang ditambahkan saat
sambal sudah jadi. Rasa gurih sambal, kesegaran tomat, dan pedas yang tak
berlebihan mampu menambah selera makan.
Kenikmatan yang berbeda
akan Anda dapatkan saat mencampurkan kecap manis merek Sarico ke dalam soto
ayam. Rasa kecap dan soto menyatu sempurna namun sama sekali tak menghilangkan kenikmatan masing-masing. Rasa
Soto Kadipiro tetap gurih dan segar sampai suapan terakhir. Agaknya kecap
produksi Purworejo ini mampu mengimbangi rasa soto yang telah nikmat. Ia
memberikan sensasi baru tanpa mengubah cita rasa asli soto.
Cobalah mencampurkan
sambal dan kecap dalam jumlah yang cukup ke dalam semangkuk soto. Anda akan
menemukan rasa baru yang nikmat tanpa melupakan kelezatan asli Soto Kadipiro.
Dijamin seporsi soto bakal terasa kurang.
Selain sambal dan kecap
yang istimewa, warung Soto Kadipiro juga menyediakan macam-macam menu
pendamping yang menggoda. Ada beragam kerupuk, ayam goreng, sate telur, ati dan
ampela goreng, sate ayam, tempe goreng, serta tempe dan tahu bacem. Aneka lauk
pendamping ini pun rasanya tak bakal mengecewakan.
Ayam goreng menjadi
salah satu lauk incaran. Ayamnya diungkep bumbu kuning kemudian digoreng
sebentar. Daging ayamnya tidak terlampau empuk namun juga tak alot dengan tekstur
ayam kampung yang cukup kentara. Karena bumbunya yang meresap, ayam goreng ini
nikmat disantap begitu saja maupun dimakan bersama soto. Bumbu ayam goreng ini
mengingatkan kami pada ayam yang sering digunakan sebagai suwiran soto saat
kenduri di daerah Jawa Timur bagian barat.
Limun Ay Hwa
Tak hanya lauk
pendamping, salah satu minuman yang ditawarkan juga cukup membuat penasaran. Di
dekat meja saji nampak deretan limun produksi Pabrik Limun Ay Hwa Yogyakarta. Kemasannya
khas, menggunakan botol beling dengan tutup yang memakai kawat dan landasan
karet sebagai pengunci. Sistem kunciannya mirip dengan pengunci di kotak makan.
Tak lupa ada segel kertas di bagian kuncian kawat tersebut.
Rasa limunnya sepintas mirip dengan salah satu merek minuman bersoda ternama asal luar negeri yang berwarna hitam. Bedanya, gelembung soda yang dihasilkan tidak terlalu menggigit dan cukup aman bagi “non-penggemar” minuman bersoda. Rasa sakarinnya sedikit mengingatkan pada minuman limun yang banyak dijual di depan gerbang sekolah saat kecil. Rasa limun ini cukup pekat. Satu botol dapat mengisi dua gelas “es teh” plus es batu.
Warung Soto Kadipiro buka mulai pukul 07.30 sampai habis. Biasanya pukul 14.30 persediaan soto sudah sangat menipis bahkan sering kali tandas. Harga semangkuk Soto Kadipiro dibanderol Rp17 ribu, ayam goreng bervariasi antara Rp14 ribu – Rp20 ribu tergantung bagian daging yang dipilih, aneka lauk pendamping mulai dari Rp3 ribu – Rp7 ribu, sedangkan limun dihargai Rp12 ribu. Harga yang ditawarkan bisa jadi terbilang agak tinggi mengingat penyajiannya dalam mangkuk kecil. Namun penggunaan ayam kampung serta kualitas keseluruhan rasa yang disajikan sebanding dengan uang yang Anda keluarkan.
Meski agak bising oleh
suara kendaraan yang lalu lalang, namun suasana warungnya sangat nyaman. Campuran
antara soto, sambal, dan kecapnya pun menciptakan rasa segar, gurih, manis, dan
pedas yang seimbang. Soal konsistensi rasa tak perlu dipertanyakan. Tiap kali
datang ke warung ini rasa soto yang disajikan selalu sama. Menyantap lebih dari
semangkuk pun tak akan membuat Anda bosan.
(MSY/OTK)