-->



Theme Layout

Theme Translation

Trending Posts Display

"No"

Home Layout Display

Posts Title Display

"No"

404

We Are Sorry, Page Not Found

Home Page

Seporsi Soto Kadipiro dan Aneka Lauk Pendamping. Foto: MSY/Writeitmagazine.com

Memasuki Jalan Wates dari arah Titik Nol Kilometer Yogyakarta, deretan warung soto yang terletak di kanan kiri jalan segera menyambut. Jajaran warung soto tersebut memiliki nama sama, yaitu Soto Kadipiro. Jika kali pertama datang, kesamaan nama warung soto ini bisa saja membuat Anda bingung. Apalagi kalau hendak mencari warung soto autentiknya.


Tak perlu khawatir, warung Soto Kadipiro asli cukup mudah dikenali. Dari arah Nol Kilometer, warung Soto Kadipiro asli menjadi restoran soto pertama di sebelah kanan jalan yang Anda lewati, terletak setelah Waroeng Steak And Shake. Lokasi persisnya berada di Jalan Wates No. 33 Yogyakarta.


Nampak Depan Warung Soto Kadipiro. Foto: MSY/Writeitmagazine.com

Bangunan warung ini khas rumah lawas yang didominasi kayu dengan cat warna hijau dan cokelat. Di depannya terdapat plang nama putih yang agak usang dengan tulisan berwarna merah. Ditambah lagi di pinggir jalan terpasang papan nama cukup besar bertuliskan “Warung Soto Kadipiro” dengan tulisan berwarna kuning dan berlatar belakang hijau sebagai penanda. Pelataran bagian depan warung yang tak terlalu luas dipenuhi oleh mobil para pengunjung. Sedangkan untuk parkir motor dapat memasuki halaman kecil di samping bangunan.


Memasuki area dalam warung, Anda akan disuguhi nuansa lawas yang kental dengan ruangan berbentuk joglo. Setiap sisi tembok warung penuh dengan beragam hiasan, mulai dari aneka kalender anyar dengan model lawas yang dikeluarkan oleh berbagai toko, jam dinding, lukisan, pajangan berbentuk wayang, hingga foto pelanggan dan sang empunya.


Suasana Warung Soto Kadipiro. Foto: MSY/Writeitmagazine.com

Warung soto ini terdiri dari dua ruangan berukuran relatif besar yang cukup menampung sekitar 100 orang. Jika berkunjung saat kondisi warung cukup lengang, Anda lebih bebas memilih tempat duduk. Bisa di kursi besi berbusa merah dengan meja kayu yang terletak di tengah ruangan, atau di bangku memanjang di depan meja racik. Di sana Anda dapat menyantap soto sambil mengamati pegawai yang tengah meracik soto tepat sebelum dihidangkan.


Warung Soto yang Telah Turun Temurun Sejak 1928


Nama besar Soto Kadipiro tak lepas dari kemampuannya bertahan selama lebih dari 90 tahun. Warung soto legendaris ini berdiri sejak tahun 1928. Saat ini tongkat estafet dipegang oleh generasi ketiganya yang bernama Harli dan juga saudara-saudaranya. Sedangkan generasi kedua adalah sang ayah yang bernama Rambat. Dan pendirinya adalah sang kakek, Tahir Kartowijoyo. Anda dapat menemukan sosoknya melalui lukisan besar yang terpajang di dinding sebelah barat ruangan.


Pramusaji di warung Soto Kadipiro sangat cekatan dan ramah, salah satunya adalah Sakiran. Tak sulit mencari sosok Sakiran, Anda bisa mengenali dari rambut putihnya yang khas. Laki-laki yang telah bekerja di warung Soto Kadipiro sejak tahun 1979 ini akan dengan senang hati menjawab pertanyaan pembeli dan tak segan bercerita mengenai kisah warung soto legendaris ini.


Lukisan Sang Pendiri, Tahir Kartowijoyo di Salah Sau Dinding Warung. Foto: MSY/ Writeitmagazine.com

Menurut Sakiran, warung Soto Kadipiro didirikan oleh Tahir Kartowijoyo. Mulanya sang pendiri menjajakan soto menggunakan pikulan di sekitar warung pertamanya saat ini. Kemudian Tahir Kartowiyono membeli warung yang kelak menjadi Soto Kadipiro seperti yang banyak dikenal orang saat ini.


Terkait banyaknya warung soto lain yang juga bernama “Soto Kadipiro”di sepanjang jalan tersebut, Sakiran menyebutkan bahwa warung tersebut merupakan milik  saudara-saudara dari Rambat, sang generasi kedua. Sedangkan warung Soto Kadipiro yang autentik merupakan tempat di mana Sakiran bekerja saat ini. Di atas pintu dekat kasir pun tertulis jika warung Soto Kadipiro tidak membuka cabang di Jakarta dan kota lainnya.


Kelezatan Soto Kadipiro yang Bertahan Lebih dari 90 Tahun


Begitu memasuki bagian dalam warung, pengunjung akan langsung disambut oleh pramusaji yang sigap menawarkan bantuan untuk mencarikan tempat duduk serta mencatat pesanan. Sesuai dengan nama warungnya, hanya ada satu menu di sini, yaitu soto ayam.


Anda dapat memesan soto ayam nasi campur atau soto ayam nasi pisah. Biasanya kami akan memesan soto ayam nasi campur yang disajikan dalam mangkuk berukuran sedikit lebih kecil daripada mangkuk mi ayam pada umumnya.


Satu Porsi Soto Kadipiro Nasi Campur. Foto: MSY/Writeitmagazine.com

Tak ada yang istimewa saat melihat tampilan soto satu ini. Kuahnya agak keruh dengan warna kuning yang tipis. Di permukaan kuah nampak cacahan sayur kol yang melimpah. Saat mencampurkan isian soto terlihat potongan ayam kampung berbentuk kotak-kotak kecil, setengah potong perkedel, taoge dari kacang hijau, dan taburan seledri serta bawang goreng.


Namun ketika mencicipi kuah panas soto, rasa segar langsung menyeruak di mulut. Perpaduan antara bumbu rempah dan gurihnya kaldu ayam berpadu sempurna. Meski tersedia garam di atas meja, Anda tak akan membutuhkannya. Tidak ada rasa tertentu yang kurang maupun terlampau menonjol dalam semangkuk soto ayam ini, semuanya berpadu seimbang.


Jika umumnya sambal atau kecap lumrah ditambahkan ketika menyantap soto ayam, maka Anda tak perlu melakukannya saat menikmati Soto Kadipiro. Dengan menyantapnya begitu saja tanpa tambahan apa pun sudah menghadirkan kelezatan yang paripurna. Tak ada rasa bosan ketika menyantap soto satu ini. Justru Anda malah ingin tambah lagi karena kenikmatan dan porsinya yang juga tak bisa dibilang besar.


Kecap, Sambal, dan Lauk Pendamping yang Juga Istimewa


Bagi penggemar kecap dan sambal tak perlu berkecil hati. Kenikmatan rasa dalam semangkuk Soto Kadipiro tidak akan berubah meski telah ditambahkan sambal maupun kecap. Sebab bukan hanya sotonya saja, namun sambal dan kecap yang disajikan di warung soto legendaris ini juga tak asal.


Kecap yang disajikan sungguh istimewa. Sebagai pencinta kecap, kami jarang menemukan rasa kecap yang pas sehingga tak akan mengubah rasa saat dicampurkan dengan makanan utama. Sewaktu mencicipi kecap di Soto Kadipiro, rasa manisnya tak langsung nyelekit, namun perlahan-lahan meresap di lidah dibarengi dengan rasa dari rempah lain yang menyatu dengan baik. Rasa manisnya pas dan tidak enek.


Kecap, Sambal, dan Aneka Lauk Pendamping. Foto: MSY/Writeitmagazine.com

Sambalnya pun tak dibuat sekenanya. Sambalnya merupakan tipe sambal uleg yang encer. Keistimewaannya datang dari irisan tomat segar berukuran cukup besar yang ditambahkan saat sambal sudah jadi. Rasa gurih sambal, kesegaran tomat, dan pedas yang tak berlebihan mampu menambah selera makan.


Kenikmatan yang berbeda akan Anda dapatkan saat mencampurkan kecap manis merek Sarico ke dalam soto ayam. Rasa kecap dan soto menyatu sempurna namun sama sekali tak menghilangkan kenikmatan masing-masing. Rasa Soto Kadipiro tetap gurih dan segar sampai suapan terakhir. Agaknya kecap produksi Purworejo ini mampu mengimbangi rasa soto yang telah nikmat. Ia memberikan sensasi baru tanpa mengubah cita rasa asli soto.


Cobalah mencampurkan sambal dan kecap dalam jumlah yang cukup ke dalam semangkuk soto. Anda akan menemukan rasa baru yang nikmat tanpa melupakan kelezatan asli Soto Kadipiro. Dijamin seporsi soto bakal terasa kurang.


Soto dan Aneka Lauk Pendamping. Foto: MSY/Writeitmagazine.com

Selain sambal dan kecap yang istimewa, warung Soto Kadipiro juga menyediakan macam-macam menu pendamping yang menggoda. Ada beragam kerupuk, ayam goreng, sate telur, ati dan ampela goreng, sate ayam, tempe goreng, serta tempe dan tahu bacem. Aneka lauk pendamping ini pun rasanya tak bakal mengecewakan.


Ayam goreng menjadi salah satu lauk incaran. Ayamnya diungkep bumbu kuning kemudian digoreng sebentar. Daging ayamnya tidak terlampau empuk namun juga tak alot dengan tekstur ayam kampung yang cukup kentara. Karena bumbunya yang meresap, ayam goreng ini nikmat disantap begitu saja maupun dimakan bersama soto. Bumbu ayam goreng ini mengingatkan kami pada ayam yang sering digunakan sebagai suwiran soto saat kenduri di daerah Jawa Timur bagian barat.


Limun Ay Hwa


Tak hanya lauk pendamping, salah satu minuman yang ditawarkan juga cukup membuat penasaran. Di dekat meja saji nampak deretan limun produksi Pabrik Limun Ay Hwa Yogyakarta. Kemasannya khas, menggunakan botol beling dengan tutup yang memakai kawat dan landasan karet sebagai pengunci. Sistem kunciannya mirip dengan pengunci di kotak makan. Tak lupa ada segel kertas di bagian kuncian kawat tersebut.


Limun Ay Hwa. Foto: MSY/Writeitmagazine.com

Rasa limunnya sepintas mirip dengan salah satu merek minuman bersoda ternama asal luar negeri yang berwarna hitam. Bedanya, gelembung soda yang dihasilkan tidak terlalu menggigit dan cukup aman bagi non-penggemar minuman bersoda. Rasa sakarinnya sedikit mengingatkan pada minuman limun yang banyak dijual di depan gerbang sekolah saat kecil. Rasa limun ini cukup pekat. Satu botol dapat mengisi dua gelas “es teh” plus es batu.

Pramusaji Sedang Meracik Soto. Foto: MSY/Writeitmagazne.com

Warung Soto Kadipiro buka mulai pukul 07.30 sampai habis. Biasanya pukul 14.30 persediaan soto sudah sangat menipis bahkan sering kali tandas. Harga semangkuk Soto Kadipiro dibanderol Rp17 ribu, ayam goreng bervariasi antara Rp14 ribu – Rp20 ribu tergantung bagian daging yang dipilih, aneka lauk pendamping mulai dari Rp3 ribu – Rp7 ribu, sedangkan limun dihargai Rp12 ribu. Harga yang ditawarkan bisa jadi terbilang agak tinggi mengingat penyajiannya dalam mangkuk kecil. Namun penggunaan ayam kampung serta kualitas keseluruhan rasa yang disajikan sebanding dengan uang yang Anda keluarkan.


Meski agak bising oleh suara kendaraan yang lalu lalang, namun suasana warungnya sangat nyaman. Campuran antara soto, sambal, dan kecapnya pun menciptakan rasa segar, gurih, manis, dan pedas yang seimbang. Soal konsistensi rasa tak perlu dipertanyakan. Tiap kali datang ke warung ini rasa soto yang disajikan selalu sama. Menyantap lebih dari semangkuk pun tak akan membuat Anda bosan.

(MSY/OTK)

Leave A Reply