Write It - Dalam
setiap pertemuan tentu ada perpisahan yang menanti. Baik dalam hubungan cinta,
pekerjaan atau yang lainnya. Berikut kisah getir yang mengiringinya. Sebuah hal
lumrah yang biasa terjadi.
Begitu
juga dengan hubungan Paulo Fonseca dan AS Roma. Pria asal Portugal itu pernah
menjadi kepala pelatih AS Roma dalam kurun waktu 2019-2021. Dua musim dirinya
menukangi AS Roma.
Kala
itu Fonseca datang untuk menggantikan Claudio Ranieri yang berperan sebagai pelatih interim. Lalu setelah
dirinya pergi Jose Mourinho datang untuk menahkodai Giallorossi.
Menariknya,
Fonseca, Mourinho dan Tiago Pinto selaku Direktur Teknis berasal dari negara
yang sama, Portugal. Negara yang kemudian menjadi salah satu “pewarna” dalam
tubuh AS Roma.
Dalam
kesempatan wawancara bersama Sky Sport Italia, Fonseca menceritakan sedikit
kisah tentang “serah terima jabatan” tersebut. “Ketika saya meninggalkan Roma,
kami bertukar pesan, saya memahami situasinya dan saya sangat menghargai kejujuran
Mourinho kepada saya,”
tutur pria yang pernah merajai Liga Ukraina bersama Shakhtar Donets kepada Sky
Sport Italia (19/11).
Jiwa
sportivitas
harus dijunjung tinggi dalam olahraga, termasuk sepak bola. Hal ini juga
berkaitan dengan menerima segala hasil yang didapat. “Saya tahu betul apa yang
sedang terjadi. Tiago Pinto adalah seseorang yang sangat saya hormati, yang
melakukan pekerjaan luar biasa di Roma dan selalu berkata jujur kepada saya,” lanjutnya.
Meski
telah setahun berlalu nyatanya ingatan tentang Roma masih membekas jelas di
benak Fonseca. “Roma adalah klub yang berbeda dari yang lain dan orang-orang di dalamnya sangat penuh semangat,
meski kita semua tahu tidak mudah menjadi pelatih Roma. Bagaimanapun ini adalah momen unik
dalam karier seorang pelatih,”
kenangnya.
Sejatinya
Fonseca hadir di tengah
manajemen yang belum stabil. Terus terjadi perombakan kala itu. Dan ini menjadi
tantangan tersendiri baginya. “Sulit ketika pertama kali saya tiba, karena
tidak ada direktur olahraga dan sulit untuk bekerja tanpa sosok yang mengawasi.
Kemudian Tiago Pinto datang dan membuat semuanya menjadi lebih jelas,” katanya lagi.
Fonseca
pernah membawa Roma ke papan atas klasemen Serie A. Juga cukup gemilang di
kancah Eropa. Walau inkonsistensi selalu hadir dalam kurun waktu dua musim.
Bisa dibilang performa Roma di bawah
komandonya tidak terlalu buruk.
Namun
yang membuatnya harus pergi dari Roma adalah strategi dari jajaran manajemen baru. Saat itu
Friedkin Group baru saja mengambil alih mayoritas saham AS Roma dari tangan
James Pallotta. “Friedkin ingin memulai dari awal dan berinvestasi untuk
mendatangkan pelatih yang telah memenangkan banyak gelar. Itu sebuah hal yang
wajar,”
tutupnya.
Pasca
melatih Roma Fonseca memutuskan untuk rehat satu musim. Baru pada awal musim
2022 dirinya menerima pinangan dari tim asal Prancis, LOSC Lille. Fonseca masih
melatih di sana
hingga kini dengan balutan kontrak hingga musim 2024.
(OTK/MSY)