-->



Theme Layout

Theme Translation

Trending Posts Display

"No"

Home Layout Display

Posts Title Display

"No"

404

We Are Sorry, Page Not Found

Home Page

Paulo Fonseca. Foto: Istimewa


Write It - Dalam setiap pertemuan tentu ada perpisahan yang menanti. Baik dalam hubungan cinta, pekerjaan atau yang lainnya. Berikut kisah getir yang mengiringinya. Sebuah hal lumrah yang biasa terjadi.


Begitu juga dengan hubungan Paulo Fonseca dan AS Roma. Pria asal Portugal itu pernah menjadi kepala pelatih AS Roma dalam kurun waktu 2019-2021. Dua musim dirinya menukangi AS Roma.


Kala itu Fonseca datang untuk menggantikan Claudio Ranieri yang berperan sebagai pelatih interim. Lalu setelah dirinya pergi Jose Mourinho datang untuk menahkodai Giallorossi.


Menariknya, Fonseca, Mourinho dan Tiago Pinto selaku Direktur Teknis berasal dari negara yang sama, Portugal. Negara yang kemudian menjadi salah satu “pewarna” dalam tubuh AS Roma.


Dalam kesempatan wawancara bersama Sky Sport Italia, Fonseca menceritakan sedikit kisah tentang “serah terima jabatan” tersebut. “Ketika saya meninggalkan Roma, kami bertukar pesan, saya memahami situasinya dan saya sangat menghargai kejujuran Mourinho kepada saya,” tutur pria yang pernah merajai Liga Ukraina bersama Shakhtar Donets kepada Sky Sport Italia (19/11).


Jiwa sportivitas harus dijunjung tinggi dalam olahraga, termasuk sepak bola. Hal ini juga berkaitan dengan menerima segala hasil yang didapat. “Saya tahu betul apa yang sedang terjadi. Tiago Pinto adalah seseorang yang sangat saya hormati, yang melakukan pekerjaan luar biasa di Roma dan selalu berkata jujur ​​kepada saya,” lanjutnya.


Meski telah setahun berlalu nyatanya ingatan tentang Roma masih membekas jelas di benak Fonseca. “Roma adalah klub yang berbeda dari yang lain dan orang-orang di dalamnya sangat penuh semangat, meski kita semua tahu tidak mudah menjadi pelatih Roma. Bagaimanapun ini adalah momen unik dalam karier seorang pelatih,” kenangnya.


Kolase oleh Redaksi. Foto: Istimewa

Sejatinya Fonseca hadir di tengah manajemen yang belum stabil. Terus terjadi perombakan kala itu. Dan ini menjadi tantangan tersendiri baginya. “Sulit ketika pertama kali saya tiba, karena tidak ada direktur olahraga dan sulit untuk bekerja tanpa sosok yang mengawasi. Kemudian Tiago Pinto datang dan membuat semuanya menjadi lebih jelas,” katanya lagi.


Fonseca pernah membawa Roma ke papan atas klasemen Serie A. Juga cukup gemilang di kancah Eropa. Walau inkonsistensi selalu hadir dalam kurun waktu dua musim. Bisa dibilang performa Roma di bawah komandonya tidak terlalu buruk.


Namun yang membuatnya harus pergi dari Roma adalah strategi dari jajaran manajemen baru. Saat itu Friedkin Group baru saja mengambil alih mayoritas saham AS Roma dari tangan James Pallotta. “Friedkin ingin memulai dari awal dan berinvestasi untuk mendatangkan pelatih yang telah memenangkan banyak gelar. Itu sebuah hal yang wajar,” tutupnya.


Pasca melatih Roma Fonseca memutuskan untuk rehat satu musim. Baru pada awal musim 2022 dirinya menerima pinangan dari tim asal Prancis, LOSC Lille. Fonseca masih melatih di sana hingga kini dengan balutan kontrak hingga musim 2024.

 

(OTK/MSY)

Leave A Reply